Setelah kita mendapatkan poin pelajaran penting dari muqaddimah yang ditulis oleh syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab al-mumti' fii syarhil ajurruumiyyah, sekarang kita akan menuliskan poin poin faidah yang kita dapat dalam muqaddimah penulis kitab ini yaitu syaikh Malik bin salim.
Poin-poin yang bisa diambil pelajaran dari muqaddimah penulis kitab
Sejarah ilmu nahwu
Dahulu, bangsa Arab berbicara dengan bahasa Arab yang fasih (فُصْحَى).
Setelah Allah Ta'ala memenangkan Islam, maka Islam tersebar ke berbagai penjuru. Kemudian bercampurlah perkataan (dialek) mereka dengan bahasa Arab.
Maka para 'ulama mencatat (membukukan) bahasa arab ini dalam kamus-kamus bahasa Arab, kemudian meletakkan (membukukan) pula pokok-pokok (ushul) bahasa Arab serta kaidah-kaidah bahasa Arab. Ulama melakukan ini adalah dengan niat untuk menjaga kaidah bahasa arab yang fasih dan terjaga dari lahn atau kesalahan-kesalahan.
Dan yang terpenting dari ushul dan kaidah di atas adalah ilmu nahwu (عِلْمُ النَّحْوِ)
Ilmu nahwu diibaratkan anak, ia dimulai dari ilmu yang kecil (mudah) sebagai pembuka dan berkembang menjadi ilmu tingkat lanjut.
Orang pertama yang meletakkan pondasi bangunan dasar ilmu nahwu adalah Abu al-aswad ad-dualiyy (أَبُو الأَسْوَدِ الدُّؤَلِيُّ), seorang qadhi di Basrah dan seorang tabi'in. Ia membuat bangunan dasar ilmu nahwu tersebut atas perintah 'Ali bin abi Thalib radhiallahu 'anhu.
Bermula dari abu al-aswad yang meletakkan pokok pertama hingga sampai banyak ulama yang ikut berkontribusi dan memperkuat nahwu, maka ilmu itu tumbuh sedikit demi sedikit sampai tibalah pada kita sekarang secara lengkap pokok ilmu nahwu dalam kitab sibawaih.
Setelah pondasi itu tegak, maka ilmu nahwu semakin kuat sedikit demi sedikit, sampai tibalah pada kita ilmu nahwu itu secara lengkap yaitu seperti yang terdapat pada kitab Sibawaih (سِيبَوَيْه)
Catatan : Sibawaih adalah imamnya nahwu, namanya adalah abu basyar amr bin utsman.
Perkataan 'ulama tentang ilmu nahwu dan tentang kitab al-mumti'
Syaikh Muqbil rahimahullah berkata : Ilmu nahwu adalah diantara ilmu dalam Islam yang sangat penting. Ilmu yang wajib bagi setiap kaum muslim memberikan perhatian yang sangat besar kepadanya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
Dahulu, generasi salaf mendidik anak mereka dari kesalahan (berbicara), maka kita diperintahkan untuk menjaga aturan/kaidah bahasa Arab, memperbaiki lisan kita, menjaga untuk kita jalan untuk memahami kitab dan sunnah, dengan penjagaan tersebut kita bisa mengerti/mengikuti pesan yang disampaikan dalam bahasa Arab, jika kita tidak menjaga dari kesalahan dalam berbahasa Arab (dari segi kaidah yang benar) maka kaidah bahasa Arab akan kurang bahkan rusak.
Ilmu nahwu itu adalah sebuah latihan, berkaitan dengan intelektual, dan hal yang menyenangkan sebagaimana yang dikatakan:
Nahwu itu kampaknya ilmu (dengannya kita bisa mempertajam ilmu-ilmu), nahwu itu adalah prasyarat untuk menulis dan berkata (penulis dan pembicara). Ilmu nahwu diperlukan pada setiap ilmu, khususnya ilmu tafsir dan hadits.
Perkataan al-Kisaa-i (ali bin hamzah, imam kufah ilmu nahwu):
Wahai para penuntut ilmu yang bermanfaat , pelajari nahwu , tinggalkan apa-apa yang tidak berguna
sesungguhnya ilmu nahwu adalah timbangan, ia diikuti (sebagai pedoman), yang dengannya setiap ilmu dapat mengambil manfaat.
Maka mendekatlah kepada ilmu nahwu, semakin dekat kamu dengannya maka ia akan mudah, sebaliknya manakala kamu menjauh darinya maka kamu akan melihat ilmu nahwu itu sulit.
Syaikh ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata :
Nahwu itu pada awalnya sulit, namun akhirnya itu mudah.
Syaikh ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata :
Kitab al-ajurruumiyyah adalah sebuah kitab kecil dalam ilmu nahwu, namun ia adalah kitab yang berkah, kitab yang menyeluruh, pembagiannya jelas, mudah, dan saya anjurkan untuk mempelajari kitab ini kepada setiap pemula yang belajar ilmu nahwu.
Telah berkata syaikh kami Yahya bin 'aliyy al-hajuriyy :
al-ajurumiyah adalah kitab yang bagus, mudah, ada syarahnya yang ditulis oleh saudara kita syaikh malik al-mahdzariyy. Ada juga syarah lain yang bagus yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Muhyiddin (yaitu kitab at-tuhfatus saniyah), akan tetapi syarah yang ditulis oleh syaikh Malik lebih bagus (yaitu kitab al-mumti' fii syarhil aajurruumiyyah).
Demikianlah poin poin yang bisa kita ambil manfaatnya dalam kata pengantar kitab al-mumti'
============================
Pelajaran sebelumnya : Kata pengantar dari syaikh Muqbil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar